No Image Available

Menirai renjana : cinta tak berbahana

 Penulis: Cita Tumpe612  Category: Fiksi  Publisher: Penerbit RAHMEDIA (2024)  ISBN: 978-623-09-7804-3  Negara: Indonesia  Bahasa: Indonesia  Dimension: Layout 14,8 x 21 More Details
 Deskripsi:

    Disc jockey cantik dengan tato yang menjalar di sepanjang tangan kanan, memainkan piringan hitam begitu indah. Suara alunan musiknya menghipnotis pengunjung, memancing untuk meliuk-liuk di lantai diskotek. Dj berambut pirang coklat bercampur marun.

Itu aku, Clarinda. Nama yang berarti cahaya, tetapi hidupku tidak seterang makna nama pemberian dari pengarsuh panti asuhan. Hidupku hanyalah ruang remang nyaris gelap dipenuhi orang-orang dengan bebas memuaskan hasrat.

Wajah cantik berbibir tebal berlekuk, disematkan padaku dari pria-pria bermata nakal yang memberiku saweran lembaran ratusan. Jangan tanya yang kurasakan. Jijik, tetapi aku butuh uang itu. Lelah ? Iya. Berhenti ? Entahlah. Ini duniaku. Aku sudah tak punya tujuan hidup.

“Apa kamu mau begini terus, Rinda ? Menikahlah! Hidup terang bersama keluarga kecil kamu.”

Pertanyaan bercampur saran sering datang dari Mona, sahabatku. Akh, Bukan! Dia saudaraku satu-satunya. Kami dibesarkan di panti asuhan yang sama. Saudara beda ayah, beda ibu.

Satu ruangan di jiwakau yang bernama “HATI” sudah hampir kosong. Rasa bernama “CINTA”, tak lagi pekat, menghindar menaruh hati, nyaris, kepada semua kaum adam. Bagiku, merke hanya makhluk yang memandang perempuan sebagai pemuas nafsu. Pria-pria yang datang ke tempatku bekerja selalu menyajikan suguhan perilaku liar mereka. Uang dijadikan nilai sandingan untuk perempuan.

Aku muak bercampur takut dengan sebuah hubungan mengatasnamakan cinta. Dulu, rasa itu pernah hadir dengan leluasa di hatiku. Sesaat kemudian, menguap. Ketika keluarga pria—yang mengaku mencintaiku—tak penerima hubungan kami. Pasrah menjadi pilihan yang memasung. Hatiku kian patah, pria bermulut manis itu tak bisa memperjuangkanku. Hannan berjaya memendar-mendarkan cintaku. Aku terhina tanpa tirai.

Sudahlah … aku tahu diri. Begitupun seperti saat ini, lebih baik menekan rasa pada seorang pria berseragam coklat.

Yusuf, polisi berwajah teduh itu ingin aku keluar dari duniaku, meminta menata kehidupan dan menutup aurat, tanpa memberi alasan seperti  yang kuharapkan. Permintaannya dan perhatiannya adalah cinta atau bukan …? Aku tak tahu. Mengharapkannya? Tidak! Aku tak ingin patah kembali. Tak ingin kepak singkat, terbang hendak tinggi.

Scroll to Top